Kidung Agung
|
Pasal 1. Bahwa inilah Syirul-asyar Sulaiman. Hendaklah dikucupinya aku dengan kucup mulutnya, karena cumbuanmu itu terlebih sedap dari pada air anggur. Bau minyakmu itu harum, maka namamu seperti minyak bau-bauan yang tercurah, sebab itu segala anak darapun birahi akan dikau. Tariklah akan daku, maka kamipun akan mengikut engkau! Bahwa baginda sudah membawa aku masuk ke dalam maligai; maka kamipun akan bergemar dan bersukacita akan dikau dan memuji birahimu terlebih dari pada air anggur; segala orang yang tulus hatinya itu kasih akan dikau. Bahwa akulah hitam, tetapi manis, hai puteri-puteri Yeruzalem! seperti kemah Kedar dan seperti tirai kelambu Sulaiman. Janganlah kamu mengerling kepadaku, sebab kehitam-hitaman rupaku, karena aku sudah kena panas; bahwa segala anak laki-laki ibuku sudah marah akan daku, lalu dijadikannya aku penunggu kebun anggur, maka kebun anggurku sendiri tiada kutunggui. Katakanlah kepadaku, hai kekasih hatiku! di mana engkau menggembala, di mana engkau memperhentikan kawan domba pada tengah hari, karena mengapa gerangan aku mengembara kelak dengan kawan-kawan domba segala taulanmu? Jikalau tiada ia itu diketahui olehmu, hai engkau yang terelok di antara segala orang perempuan! hendaklah engkau keluar dan menurut bekas kaki kambing domba itu dan gembalakanlah kambingmu betina hampir dengan kemah-kemah gembala itu. Hai adinda! aku mengumpamakan dikau dengan kuda yang dipasang pada rata Firaun. Bahwa manislah pipimu dengan utas mutiara dan lehermu dengan kalung merjan. Kamipun akan memperbuatkan dikau kalung emas dengan dukuh perak. Sementara baginda bersemayam dengan kemuliaannya semerbaklah bau narwastuku. Kekasihku itu bagiku akan mur serumbai, yang bermalam pada dapur susuku. Kekasihku itu bagiku akan bunga kurma setandan di dalam kebun anggur Enjedi. Bagaimana elokmu, hai adinda! bagaimana elokmu, dan matamu seperti burung merpati. Bagaimana elokmu, hai kekasihku! bahkan, sedap manis; lagi peraduan kita kehijau-hijauan. Bahwa kasau rumah kita itu dari pada kayu araz dan segala serambi kita dari pada kayu saru.
Pasal 2. Bahwa akulah bunga air mawar dari Syaron, dan bunga bakung dari lembah. Seperti bunga bakung di antara duri-duri, demikianlah adinda di antara segala anak dara. Seperti pokok jeruk di antara segala pohon kayu hutan, demikianlah kekasihku di antara segala anak teruna. Adapun duduk dalam naungnya itulah kesukaanku dan sedaplah buahnya kepada langitan mulutku. Dihantarnya aku ke dalam bilik air anggur dan kasihnya adalah bagiku akan panji-panji. Kuatkanlah aku dengan air anggur, segarkanlah aku dengan buah jeruk, karena aku sakit birahi. Hendaklah tangannya kiri menggalang kepalaku dan tangannya kanan memeluk aku. Bahwa aku menyumpahi kamu, hai segala puteri Yeruzalem! demi kijang dan rusa betina di padang, jangan kamu menyadarkan dan jangan kamu menjagakan birahi itu dahulu dari pada dikehendakinya! Inilah bunyi suara kekasihku! lihatlah ia datang sambil berlompat-lompat di atas gunung dan bertari-tari di atas bukit. Kekasihku itu bagaikan kijang atau seperti anak rusa. Lihatlah ia berdiri di balik dinding kita, iapun menengok dari pada tingkap, dan lagi gilang-gemilang rupanya dari balik kisi-kisi. Maka bermadah kekasihku, katanya kepadaku: Bangkitlah, hai adinda, yang amat elok, hendaklah engkau keluar! Karena sesungguhnya musim sejuk sudah lalu, hujan deraspun sudah berhenti, tiada ia datang kembali. Segala bungapun kelihatan di tanah, musim nyanyi sudah sampai, bunyi burung tekukur kedengaranlah di tanah kita. Pokok ara bermasakkan buahnya dan pokok anggurpun berbunga dan semerbaklah baunya. Bangkitlah kiranya, hai adinda, yang amat elok; marilah ke luar! Hai merpatiku! yang bersembunyi di dalam celah-celah bukit batu yang tinggi! biarlah aku memandang mukamu, biarlah aku mendengar suaramu, karena manislah bunyi suaramu dan eloklah parasmu. Tangkaplah kiranya akan kami segala rubah, segala rubah kecil yang merusakkan kebun anggur, karena pokok anggur kami limpah berbunga. Kekasihku itu aku punya, dan akupun dia punya, yang menggembala di antara segala bunga bakung. Dahulu dari pada angin malam bertiup dan segala bayang-bayangpun hilang, hendaklah engkau kembali, hai kekasihku! yang pantas seperti kijang atau seperti anak rusa di atas bukit-bukit Beter.
Pasal 3. Bahwa pada suatu malam di atas tempat tidurku aku mencahari kekasih hatiku; aku mencahari, tetapi tiada kudapati akan dia. Maka kataku: Aku hendak bangun lalu pergi keliling di dalam negeri, aku hendak mencahari kekasihku pada segala kampung dan lorong. Lalu aku mencahari, tetapi tiada kudapati akan dia. Maka didapati oleh orang pengawal yang berkeliling dalam negeri itu akan daku, lalu kataku: Tiadakah kamu melihat dia, yang kekasih hatiku? Baharu aku lalu dari pada mereka itu, maka aku mendapat dia, yang kekasih hatiku; aku memegang dia, tiada kulepaskan dia pergi sebelum aku sudah membawa akan dia masuk dahulu ke dalam rumah ibuku dan ke dalam bilik dia, yang sudah memperanakkan daku. Bahwa aku menyumpahi kamu, hai segala puteri Yeruzalem! demi kijang dan rusa betina di padang, jangan kamu menyadarkan dan jangan kamu menjagakan birahi itu dahulu dari pada dikehendakinya. Siapa gerangan dia, yang datang naik dari padang belantara bagaikan tiang asap, terukup dengan mur dan kemenyan, dan bau segala jenis rempah yang indah-indah? Lihat inilah peraduan Sulaiman; pada kelilingnya adalah enam puluh orang pahlawan dari pada segala pahlawan orang Israel; sekaliannya memegang pedang dan sudah biasa dalam perang; masing-masing mereka itu menyandangkan pedangnya dari karena hebat malam. Baginda raja Sulaiman sudah memperbuat akan dirinya sebuah usungan dari pada kayu Libanon. Segala tiangnya diperbuatnya dari pada perak dan lantainya dari pada emas, puadainya ungu warnanya, dalamnya dihiasi dengan kasih segala puteri Yeruzalem. Keluarlah kamu, hai segala puteri Yeruzalem! pandanglah olehmu akan baginda raja Sulaiman berpakaikan makota, yang dikenakan kepada kepalanya oleh bunda baginda pada hari baginda naik mempelai, pada hari kesukaan hati baginda.
Pasal 4. Bahwa sesungguhnya amat eloklah engkau, hai adinda! amat eloklah engkau! matamu seperti burung merpati di belakang layahmu dan tokong-tokong rambutmu itu seperti sekawan kambing yang makan rumput di bukit Gilead. Gigimu seperti sekawan anak domba yang baharu digunting bulunya, lalu naik dari dalam tempat pebasuhan, semuanya berkembar, tiada yang kurang timbalannya. Bibirmu seperti benang kirmizi, bunyi suaramu merdu, pipimu seperti buah delima separuh di belakang tudungmu. Lehermu seperti menara Daud, yang dibangunkan akan gedung senjata, perisai seribu buah adalah tergantung padanya, semuanya itu perisai orang pahlawan. Kedua belah susumu seperti anak kijang yang kembar, yang mencahari makan di antara segala bunga bakung. Bahwa aku hendak pergi ke gunung mur dan ke bukit kemenyan sampai hari mulai sejuk dan bayang-bayangpun lenyap. Elok sekali engkau, hai adinda! dan barang suatu celapun tiada padamu. Turunlah sertaku dari atas Libanon, hai tunanganku! turunlah sertaku dari atas Libanon; tinggalkanlah kemuncak Amana dan kemuncak Senir dan Hermon, yaitu tempat kediaman singa dan pegunungan tempat harimau. Bahwa engkau sudah memberanikan hatiku, hai adinda, hai tunanganku! engkau sudah memberanikan hatiku dengan sekali pandang matamu, dengan seikal rambut yang pada lehermu. Bagaimana indahnya kasihmu, hai adinda, hai tunanganku! bagaimana sedap kasihmu, lebih dari pada air anggur dan dari pada harum minyak bau-bauan dan segala rempah-rempah! Bibirmu meniriskan titisan air madu, hai tunanganku! air lebah dan air susu adalah di bawah lidahmu, dan harum bau pakaianmu seperti harum bau Libanon. Bahwa engkau laksana taman yang berpagar kelilingnya, hai adinda, hai tunanganku! bagaikan pancaran air yang bersekat dan mata air yang termeterai. Segala pucukmu seperti taman penuh dengan pokok delima dan pelbagai buah-buah yang indah-indah, pokok kurma dan narwastu, narwastu dan kumkuma, deringu dan kayu manis serta dengan segala pokok kemenyan dan mur dan cendana dan segala jenis rempah-rempah yang terutama. Hai pancaran air segala taman, hai mata air hidup, yang mengalir dari atas Libanon! Bangunlah engkau, hai angin utara! marilah, hai angin selatan! bertiuplah kamu dalam tamanku, supaya semerbaklah bau harum segala rempah-rempahnya! Biarlah kiranya kekasihku datang ke tamannya dan makan dari pada buah-buahnya yang terutama.
Pasal 5. Bahwa aku sudah datang ke dalam tamanku; hai adinda, hai tunanganku! aku sudah memungut murku dan segala rempah-rempahku, aku sudah makan sarang lebahku serta dengan air madunya, aku sudah minum air anggurku dan air susuku. Hai segala taulan, hendaklah kamupun makan minum, hendaklah kamu mabuk birahi! Bahwa tertidurlah aku, tetapi hatiku lagi berjaga, maka kedengaranlah bunyi suara kekasihku sambil mengetok pintu, katanya: Bukakanlah aku pintu, hai adinda, emasku, merpatiku dan kesempurnaanku! karena kepalaku dibasahkan oleh embun dan ikal-ikal rambutku oleh rintik-rintik malam. Bahwa aku sudah menanggalkan bajuku, mana boleh aku memakai dia pula? aku sudah membasuhkan kakiku, mana boleh aku mencemarkan dia pula? Serta kekasihku melepaskan tangannya dari pada kisi-kisi, maka rindulah hatiku akan dia. Lalu bangunlah aku, hendak membukakan pintu akan kekasihku, maka tanganku bertitik-titik mur dan jarikupun minyak mur pada pemegangan kancing. Maka aku membukakan pintu akan kekasihku, tetapi kekasihku sudah pergi. Maka hilanglah hatiku oleh karena katanya, lalu aku mencahari, tetapi tiada kudapati akan dia; aku memanggil, tetapi tiada disahutnya akan daku. Maka didapati oleh orang pengawal yang berkeliling di dalam negeri itu akan daku, dipukulnya dan dilukakannya aku, dan tudungkupun dirampas oleh orang pengawal yang di atas dewala. Bahwa aku menyumpahi kamu, hai puteri Yeruzalem! jikalau kiranya kamu mendapati akan kekasihku itu, apakah kamu katakan kepadanya? Katakanlah ini: Bahwa hatiku lara oleh sangat birahiku. Apakah lebihnya kekasihmu itu dari pada segala kekasih yang lain, hai engkau, yang terelok di antara segala orang perempuan! apakah lebihnya kekasihmu dari pada segala kekasih yang lain, maka engkau menyumpahi kami demikian? Bahwa kekasihku itu putih dengan merah, cahayanya meliputi orang beribu laksa! Kepalanya bagaikan emas sepuluh matu, rambutnya berikal-ikal, warnanya hitam seperti burung gagak. Matanya bagaikan burung merpati pada tepi aliran air, yang mandi dalam air susu dan dijemurnya dirinya dalam panas. Pipinya seperti petak pokok rempah-rempah, bagaikan bukit yang harum baunya, bibirnya bagaikan bunga bakung, yang bertitik-titik minyak mur. Tangannya pakai cincin-cincin emas yang bertatahkan permata cempaka; pinggangnya bagaikan perbuatan gading, bersendi-sendikan permata nilam. Betisnya bagaikan tiang batu marmar yang beralaskan emas tulen. Sikapnya bagaikan Libanon, terpilih seperti pohon araz. Langitan mulutnya semata-mata manisan dan segala sesuatu yang padanya itu keinginan belaka. Demikianlah peri kekasihku, demikianlah peri sobatku, hai segala puteri Yeruzalem!
Pasal 6. Ke mana gerangan kekasihmu itu sudah pergi, hai engkau yang terelok di antara segala orang perempuan! Ke mana gerangan kekasihmu itu sudah berpaling muka, supaya kamipun mencahari dia sertamu. Bahwa kekasihku sudah pergi ke tamannya, ke petak-petak pokok yang harum baunya, hendak berjalan-jalan dalam taman itu sambil memungut bunga bakung. Bahwa kekasihku itu aku punya dan akupun kekasihku punya, yang menggembala di antara bunga bakung. Elok benar engkau, hai adinda! seperti Tirza, dan juwita seperti Yeruzalem, dan hebat seperti balatentara. Palingkanlah matamu dari padaku, karena ia itu terlalu kuat bagiku; bahwa rambutmu bagaikan sekawan kambing, yang makan rumput pada curam Gilead. Gigimu bagaikan sekawan kambing domba yang baharu naik dari dalam tempat pebasuhan, semuanya berkembar, tiada yang kurang timbalannya. Pipimu bagaikan delima sepenggal di antara ikal-ikal rambutmu. Adalah enam puluh isteri aji, dan delapan puluh orang gundik, dan anak dara tiada terbilang banyaknya. Tetapi seorang jua merpatiku dan kesempurnaanku, ialah anak tunggal kepada ibunya, penyuci perut orang yang telah memperanakkan dia; segala anak dara yang melihat dia itu mengatakan dia berbahagia, dan segala isteri aji dan gundikpun memuji-muji dia. Siapakah dia yang rupanya seperti fajar, eloknya seperti bulan, cahayanya seperti matahari dan hebatnya seperti balatentara? Bahwa aku sudah turun ke taman pokok pala, hendak melihat hijau-hijauan di lembah, hendak melihat kalau pokok anggur sudah bertunas, kalau pokok delima sudah berkuntum. Maka dahulu dari pada sangkaku, kudapati akan diriku sudah dinaikkan di atas rata kebesaran orang senegeriku yang bangsawan! Kembalilah, kembalilah, hai Sulamit! Kembalilah, kembalilah engkau, supaya kami dapat memandang mukamu. Mengapa gerangan kamu memandang muka Sulamit itu seolah-olah kamu menengok orang berangkap-rangkapan menari?
Pasal 7. Bagaimana cantik segala langkahmu dengan kasut itu, hai putera raja! lengkung pahamu seperti perhiasan perbuatan tangan orang pandai. Pinggangmu bagaikan piala bulat, jangan kurang minuman dalamnya. Ribaanmu seperti suatu timbunan gandum yang berpagarkan bunga bakung. Kedua belah susumu itu bagaikan anak kijang sepasang yang kembar. Lehermu bagaikan menara gading, matamu bagaikan kolam yang di Hezbon dekat pintu Bat-Rabim; hidungmu bagaikan menara di Libanon, yang arah ke Damsyik. Kepala yang di atasmu itu seperti Karmel; anyaman rambutmu seperti warna ungu, seorang raja terjerat dengan ikal-ikal rambutmu. Bagaimana elok engkau, bagaimana manis, hai pengasihan, dengan pelbagai lezat! Lembagamu boleh diumpamakan dengan pokok kurma dan susumu dengan tandan buah-buah. Maka kataku: Aku memanjat kelak pokok kurma itu dan memegang pelepahnya; hendaklah kiranya kedua belah susumu seperti tandan buah anggur dan nafasmu seperti harum buah limau manis, dan langitan mulutmu seperti air anggur yang baik, yang memancar ke atas bagi kekasihku, dan mengalir perlahan-perlahan masuk bibir mulut orang tidur. Bahwa aku ini kekasihku punya, dan akan daku adalah segala rindu hatinya. Marilah, hai kekasihku! hendaklah kita keluar ke padang, hendaklah kita bermalam di dusun-dusun. Hendaklah pagi-pagi kita pergi ke bukit kebun anggur serta melihat kalau pokok anggur bertunas dan bunganyapun berkembang, kalau pokok delima berbunga! Di sana aku hendak menunjuk kasihku akan dikau. Bahwa semerbaklah bau buah dudayim dan pada pintu kita adalah pelbagai buah-buah yang indah-indah, dari pada yang baharu dan lama; itu sudah kutaruh bagimu, hai kekasihku!
Pasal 8. Hai! jikalau kiranya engkau bagiku akan saudara, yang sudah mengisap susu ibuku, apabila aku bertemu dengan dikau di luar, niscaya aku mencium engkau, maka seorangpun tiada mencelakan daku karena sebab itu. Niscaya kupimpin akan dikau, kuhantar akan dikau masuk ke dalam rumah ibuku, yang sudah mengajar aku; niscaya kuberi minum engkau air anggur bercampur rempah-rempah dan air buah delimaku. Hendaklah kiranya tangannya kiri menyangga kepalaku, dan tangannya kanan memeluk aku. Bahwa aku menyumpahi kamu, hai segala puteri Yeruzalem! janganlah kamu menyadarkan dan jangan kamu menjagakan birahi itu dahulu dari pada dikehendakinya! Siapa gerangan dia yang datang naik dari padang belantara sambil bersandar pada kekasihnya dengan manis lakunya? Di bawah pokok limau itu telah kusadarkan kasihmu, di sanapun ibumu sudah bertunangkan dikau dengan aku; ia yang sudah memperanakkan dikaupun bertunangkan dikau dengan aku. Taruhlah akan daku dalam hatimu bagaikan meterai, bagaikan meterai pada lenganmu; karena kuat kasih itu seperti kuat maut, dan cemburuan itu hebat seperti alam barzakh, nyalanya seperti nyala api, seperti halilintar Tuhan. Air banyakpun tiada dapat memadamkan kasih ini dan segala sungaipun tiada dapat meliputi dia. Jikalau kiranya orang hendak memberikan segala harta benda yang dalam rumahnya karena kasih ini, niscaya dicelakan juga akan dia. Bahwa adalah pada kita seorang adik perempuan yang belum akil balig. Kita pengapakan adik kita itu pada hari orang berkata-kata akan halnya? Jikalau bagai dewala adanya, kitapun akan membuat maligai perak di atasnya; jikalau bagai pintu adanya, kitapun akan menyakatkan dia dengan papan kayu araz. Bahwa akulah bagai dewala dan susuku bagai kota, maka sebab itu akulah pada pemandangannya seperti seorang yang sudah mendapat selamat. Bermula, maka pada Sulaiman adalah sebuah kebun anggur di Baal Hamon, maka kebun anggur itu telah diserahkannya kepada orang penunggu, maka karena hasilnya masing-masing mereka itu membawa masuk ke dalam seribu keping perak. Adapun kebun anggurku, ia itu kebun anggurku sendiri, hendak kutunggui, maka seribu keping perak itu kubiarkan bagimu, hai Sulaiman, dan lagi dua ratus keping bagi orang yang menunggui buahnya. Hai engkau yang mengeduduki taman! segala sahabat mendengar akan bunyi suaramu; biarlah aku juga mendengar dia! Marilah dengan segera, hai kekasihku! hendaklah engkau bagaikan kijang atau anak rusa di atas bukit rempah-rempah!
Pasal 2. Bahwa akulah bunga air mawar dari Syaron, dan bunga bakung dari lembah. Seperti bunga bakung di antara duri-duri, demikianlah adinda di antara segala anak dara. Seperti pokok jeruk di antara segala pohon kayu hutan, demikianlah kekasihku di antara segala anak teruna. Adapun duduk dalam naungnya itulah kesukaanku dan sedaplah buahnya kepada langitan mulutku. Dihantarnya aku ke dalam bilik air anggur dan kasihnya adalah bagiku akan panji-panji. Kuatkanlah aku dengan air anggur, segarkanlah aku dengan buah jeruk, karena aku sakit birahi. Hendaklah tangannya kiri menggalang kepalaku dan tangannya kanan memeluk aku. Bahwa aku menyumpahi kamu, hai segala puteri Yeruzalem! demi kijang dan rusa betina di padang, jangan kamu menyadarkan dan jangan kamu menjagakan birahi itu dahulu dari pada dikehendakinya! Inilah bunyi suara kekasihku! lihatlah ia datang sambil berlompat-lompat di atas gunung dan bertari-tari di atas bukit. Kekasihku itu bagaikan kijang atau seperti anak rusa. Lihatlah ia berdiri di balik dinding kita, iapun menengok dari pada tingkap, dan lagi gilang-gemilang rupanya dari balik kisi-kisi. Maka bermadah kekasihku, katanya kepadaku: Bangkitlah, hai adinda, yang amat elok, hendaklah engkau keluar! Karena sesungguhnya musim sejuk sudah lalu, hujan deraspun sudah berhenti, tiada ia datang kembali. Segala bungapun kelihatan di tanah, musim nyanyi sudah sampai, bunyi burung tekukur kedengaranlah di tanah kita. Pokok ara bermasakkan buahnya dan pokok anggurpun berbunga dan semerbaklah baunya. Bangkitlah kiranya, hai adinda, yang amat elok; marilah ke luar! Hai merpatiku! yang bersembunyi di dalam celah-celah bukit batu yang tinggi! biarlah aku memandang mukamu, biarlah aku mendengar suaramu, karena manislah bunyi suaramu dan eloklah parasmu. Tangkaplah kiranya akan kami segala rubah, segala rubah kecil yang merusakkan kebun anggur, karena pokok anggur kami limpah berbunga. Kekasihku itu aku punya, dan akupun dia punya, yang menggembala di antara segala bunga bakung. Dahulu dari pada angin malam bertiup dan segala bayang-bayangpun hilang, hendaklah engkau kembali, hai kekasihku! yang pantas seperti kijang atau seperti anak rusa di atas bukit-bukit Beter.
Pasal 3. Bahwa pada suatu malam di atas tempat tidurku aku mencahari kekasih hatiku; aku mencahari, tetapi tiada kudapati akan dia. Maka kataku: Aku hendak bangun lalu pergi keliling di dalam negeri, aku hendak mencahari kekasihku pada segala kampung dan lorong. Lalu aku mencahari, tetapi tiada kudapati akan dia. Maka didapati oleh orang pengawal yang berkeliling dalam negeri itu akan daku, lalu kataku: Tiadakah kamu melihat dia, yang kekasih hatiku? Baharu aku lalu dari pada mereka itu, maka aku mendapat dia, yang kekasih hatiku; aku memegang dia, tiada kulepaskan dia pergi sebelum aku sudah membawa akan dia masuk dahulu ke dalam rumah ibuku dan ke dalam bilik dia, yang sudah memperanakkan daku. Bahwa aku menyumpahi kamu, hai segala puteri Yeruzalem! demi kijang dan rusa betina di padang, jangan kamu menyadarkan dan jangan kamu menjagakan birahi itu dahulu dari pada dikehendakinya. Siapa gerangan dia, yang datang naik dari padang belantara bagaikan tiang asap, terukup dengan mur dan kemenyan, dan bau segala jenis rempah yang indah-indah? Lihat inilah peraduan Sulaiman; pada kelilingnya adalah enam puluh orang pahlawan dari pada segala pahlawan orang Israel; sekaliannya memegang pedang dan sudah biasa dalam perang; masing-masing mereka itu menyandangkan pedangnya dari karena hebat malam. Baginda raja Sulaiman sudah memperbuat akan dirinya sebuah usungan dari pada kayu Libanon. Segala tiangnya diperbuatnya dari pada perak dan lantainya dari pada emas, puadainya ungu warnanya, dalamnya dihiasi dengan kasih segala puteri Yeruzalem. Keluarlah kamu, hai segala puteri Yeruzalem! pandanglah olehmu akan baginda raja Sulaiman berpakaikan makota, yang dikenakan kepada kepalanya oleh bunda baginda pada hari baginda naik mempelai, pada hari kesukaan hati baginda.
Pasal 4. Bahwa sesungguhnya amat eloklah engkau, hai adinda! amat eloklah engkau! matamu seperti burung merpati di belakang layahmu dan tokong-tokong rambutmu itu seperti sekawan kambing yang makan rumput di bukit Gilead. Gigimu seperti sekawan anak domba yang baharu digunting bulunya, lalu naik dari dalam tempat pebasuhan, semuanya berkembar, tiada yang kurang timbalannya. Bibirmu seperti benang kirmizi, bunyi suaramu merdu, pipimu seperti buah delima separuh di belakang tudungmu. Lehermu seperti menara Daud, yang dibangunkan akan gedung senjata, perisai seribu buah adalah tergantung padanya, semuanya itu perisai orang pahlawan. Kedua belah susumu seperti anak kijang yang kembar, yang mencahari makan di antara segala bunga bakung. Bahwa aku hendak pergi ke gunung mur dan ke bukit kemenyan sampai hari mulai sejuk dan bayang-bayangpun lenyap. Elok sekali engkau, hai adinda! dan barang suatu celapun tiada padamu. Turunlah sertaku dari atas Libanon, hai tunanganku! turunlah sertaku dari atas Libanon; tinggalkanlah kemuncak Amana dan kemuncak Senir dan Hermon, yaitu tempat kediaman singa dan pegunungan tempat harimau. Bahwa engkau sudah memberanikan hatiku, hai adinda, hai tunanganku! engkau sudah memberanikan hatiku dengan sekali pandang matamu, dengan seikal rambut yang pada lehermu. Bagaimana indahnya kasihmu, hai adinda, hai tunanganku! bagaimana sedap kasihmu, lebih dari pada air anggur dan dari pada harum minyak bau-bauan dan segala rempah-rempah! Bibirmu meniriskan titisan air madu, hai tunanganku! air lebah dan air susu adalah di bawah lidahmu, dan harum bau pakaianmu seperti harum bau Libanon. Bahwa engkau laksana taman yang berpagar kelilingnya, hai adinda, hai tunanganku! bagaikan pancaran air yang bersekat dan mata air yang termeterai. Segala pucukmu seperti taman penuh dengan pokok delima dan pelbagai buah-buah yang indah-indah, pokok kurma dan narwastu, narwastu dan kumkuma, deringu dan kayu manis serta dengan segala pokok kemenyan dan mur dan cendana dan segala jenis rempah-rempah yang terutama. Hai pancaran air segala taman, hai mata air hidup, yang mengalir dari atas Libanon! Bangunlah engkau, hai angin utara! marilah, hai angin selatan! bertiuplah kamu dalam tamanku, supaya semerbaklah bau harum segala rempah-rempahnya! Biarlah kiranya kekasihku datang ke tamannya dan makan dari pada buah-buahnya yang terutama.
Pasal 5. Bahwa aku sudah datang ke dalam tamanku; hai adinda, hai tunanganku! aku sudah memungut murku dan segala rempah-rempahku, aku sudah makan sarang lebahku serta dengan air madunya, aku sudah minum air anggurku dan air susuku. Hai segala taulan, hendaklah kamupun makan minum, hendaklah kamu mabuk birahi! Bahwa tertidurlah aku, tetapi hatiku lagi berjaga, maka kedengaranlah bunyi suara kekasihku sambil mengetok pintu, katanya: Bukakanlah aku pintu, hai adinda, emasku, merpatiku dan kesempurnaanku! karena kepalaku dibasahkan oleh embun dan ikal-ikal rambutku oleh rintik-rintik malam. Bahwa aku sudah menanggalkan bajuku, mana boleh aku memakai dia pula? aku sudah membasuhkan kakiku, mana boleh aku mencemarkan dia pula? Serta kekasihku melepaskan tangannya dari pada kisi-kisi, maka rindulah hatiku akan dia. Lalu bangunlah aku, hendak membukakan pintu akan kekasihku, maka tanganku bertitik-titik mur dan jarikupun minyak mur pada pemegangan kancing. Maka aku membukakan pintu akan kekasihku, tetapi kekasihku sudah pergi. Maka hilanglah hatiku oleh karena katanya, lalu aku mencahari, tetapi tiada kudapati akan dia; aku memanggil, tetapi tiada disahutnya akan daku. Maka didapati oleh orang pengawal yang berkeliling di dalam negeri itu akan daku, dipukulnya dan dilukakannya aku, dan tudungkupun dirampas oleh orang pengawal yang di atas dewala. Bahwa aku menyumpahi kamu, hai puteri Yeruzalem! jikalau kiranya kamu mendapati akan kekasihku itu, apakah kamu katakan kepadanya? Katakanlah ini: Bahwa hatiku lara oleh sangat birahiku. Apakah lebihnya kekasihmu itu dari pada segala kekasih yang lain, hai engkau, yang terelok di antara segala orang perempuan! apakah lebihnya kekasihmu dari pada segala kekasih yang lain, maka engkau menyumpahi kami demikian? Bahwa kekasihku itu putih dengan merah, cahayanya meliputi orang beribu laksa! Kepalanya bagaikan emas sepuluh matu, rambutnya berikal-ikal, warnanya hitam seperti burung gagak. Matanya bagaikan burung merpati pada tepi aliran air, yang mandi dalam air susu dan dijemurnya dirinya dalam panas. Pipinya seperti petak pokok rempah-rempah, bagaikan bukit yang harum baunya, bibirnya bagaikan bunga bakung, yang bertitik-titik minyak mur. Tangannya pakai cincin-cincin emas yang bertatahkan permata cempaka; pinggangnya bagaikan perbuatan gading, bersendi-sendikan permata nilam. Betisnya bagaikan tiang batu marmar yang beralaskan emas tulen. Sikapnya bagaikan Libanon, terpilih seperti pohon araz. Langitan mulutnya semata-mata manisan dan segala sesuatu yang padanya itu keinginan belaka. Demikianlah peri kekasihku, demikianlah peri sobatku, hai segala puteri Yeruzalem!
Pasal 6. Ke mana gerangan kekasihmu itu sudah pergi, hai engkau yang terelok di antara segala orang perempuan! Ke mana gerangan kekasihmu itu sudah berpaling muka, supaya kamipun mencahari dia sertamu. Bahwa kekasihku sudah pergi ke tamannya, ke petak-petak pokok yang harum baunya, hendak berjalan-jalan dalam taman itu sambil memungut bunga bakung. Bahwa kekasihku itu aku punya dan akupun kekasihku punya, yang menggembala di antara bunga bakung. Elok benar engkau, hai adinda! seperti Tirza, dan juwita seperti Yeruzalem, dan hebat seperti balatentara. Palingkanlah matamu dari padaku, karena ia itu terlalu kuat bagiku; bahwa rambutmu bagaikan sekawan kambing, yang makan rumput pada curam Gilead. Gigimu bagaikan sekawan kambing domba yang baharu naik dari dalam tempat pebasuhan, semuanya berkembar, tiada yang kurang timbalannya. Pipimu bagaikan delima sepenggal di antara ikal-ikal rambutmu. Adalah enam puluh isteri aji, dan delapan puluh orang gundik, dan anak dara tiada terbilang banyaknya. Tetapi seorang jua merpatiku dan kesempurnaanku, ialah anak tunggal kepada ibunya, penyuci perut orang yang telah memperanakkan dia; segala anak dara yang melihat dia itu mengatakan dia berbahagia, dan segala isteri aji dan gundikpun memuji-muji dia. Siapakah dia yang rupanya seperti fajar, eloknya seperti bulan, cahayanya seperti matahari dan hebatnya seperti balatentara? Bahwa aku sudah turun ke taman pokok pala, hendak melihat hijau-hijauan di lembah, hendak melihat kalau pokok anggur sudah bertunas, kalau pokok delima sudah berkuntum. Maka dahulu dari pada sangkaku, kudapati akan diriku sudah dinaikkan di atas rata kebesaran orang senegeriku yang bangsawan! Kembalilah, kembalilah, hai Sulamit! Kembalilah, kembalilah engkau, supaya kami dapat memandang mukamu. Mengapa gerangan kamu memandang muka Sulamit itu seolah-olah kamu menengok orang berangkap-rangkapan menari?
Pasal 7. Bagaimana cantik segala langkahmu dengan kasut itu, hai putera raja! lengkung pahamu seperti perhiasan perbuatan tangan orang pandai. Pinggangmu bagaikan piala bulat, jangan kurang minuman dalamnya. Ribaanmu seperti suatu timbunan gandum yang berpagarkan bunga bakung. Kedua belah susumu itu bagaikan anak kijang sepasang yang kembar. Lehermu bagaikan menara gading, matamu bagaikan kolam yang di Hezbon dekat pintu Bat-Rabim; hidungmu bagaikan menara di Libanon, yang arah ke Damsyik. Kepala yang di atasmu itu seperti Karmel; anyaman rambutmu seperti warna ungu, seorang raja terjerat dengan ikal-ikal rambutmu. Bagaimana elok engkau, bagaimana manis, hai pengasihan, dengan pelbagai lezat! Lembagamu boleh diumpamakan dengan pokok kurma dan susumu dengan tandan buah-buah. Maka kataku: Aku memanjat kelak pokok kurma itu dan memegang pelepahnya; hendaklah kiranya kedua belah susumu seperti tandan buah anggur dan nafasmu seperti harum buah limau manis, dan langitan mulutmu seperti air anggur yang baik, yang memancar ke atas bagi kekasihku, dan mengalir perlahan-perlahan masuk bibir mulut orang tidur. Bahwa aku ini kekasihku punya, dan akan daku adalah segala rindu hatinya. Marilah, hai kekasihku! hendaklah kita keluar ke padang, hendaklah kita bermalam di dusun-dusun. Hendaklah pagi-pagi kita pergi ke bukit kebun anggur serta melihat kalau pokok anggur bertunas dan bunganyapun berkembang, kalau pokok delima berbunga! Di sana aku hendak menunjuk kasihku akan dikau. Bahwa semerbaklah bau buah dudayim dan pada pintu kita adalah pelbagai buah-buah yang indah-indah, dari pada yang baharu dan lama; itu sudah kutaruh bagimu, hai kekasihku!
Pasal 8. Hai! jikalau kiranya engkau bagiku akan saudara, yang sudah mengisap susu ibuku, apabila aku bertemu dengan dikau di luar, niscaya aku mencium engkau, maka seorangpun tiada mencelakan daku karena sebab itu. Niscaya kupimpin akan dikau, kuhantar akan dikau masuk ke dalam rumah ibuku, yang sudah mengajar aku; niscaya kuberi minum engkau air anggur bercampur rempah-rempah dan air buah delimaku. Hendaklah kiranya tangannya kiri menyangga kepalaku, dan tangannya kanan memeluk aku. Bahwa aku menyumpahi kamu, hai segala puteri Yeruzalem! janganlah kamu menyadarkan dan jangan kamu menjagakan birahi itu dahulu dari pada dikehendakinya! Siapa gerangan dia yang datang naik dari padang belantara sambil bersandar pada kekasihnya dengan manis lakunya? Di bawah pokok limau itu telah kusadarkan kasihmu, di sanapun ibumu sudah bertunangkan dikau dengan aku; ia yang sudah memperanakkan dikaupun bertunangkan dikau dengan aku. Taruhlah akan daku dalam hatimu bagaikan meterai, bagaikan meterai pada lenganmu; karena kuat kasih itu seperti kuat maut, dan cemburuan itu hebat seperti alam barzakh, nyalanya seperti nyala api, seperti halilintar Tuhan. Air banyakpun tiada dapat memadamkan kasih ini dan segala sungaipun tiada dapat meliputi dia. Jikalau kiranya orang hendak memberikan segala harta benda yang dalam rumahnya karena kasih ini, niscaya dicelakan juga akan dia. Bahwa adalah pada kita seorang adik perempuan yang belum akil balig. Kita pengapakan adik kita itu pada hari orang berkata-kata akan halnya? Jikalau bagai dewala adanya, kitapun akan membuat maligai perak di atasnya; jikalau bagai pintu adanya, kitapun akan menyakatkan dia dengan papan kayu araz. Bahwa akulah bagai dewala dan susuku bagai kota, maka sebab itu akulah pada pemandangannya seperti seorang yang sudah mendapat selamat. Bermula, maka pada Sulaiman adalah sebuah kebun anggur di Baal Hamon, maka kebun anggur itu telah diserahkannya kepada orang penunggu, maka karena hasilnya masing-masing mereka itu membawa masuk ke dalam seribu keping perak. Adapun kebun anggurku, ia itu kebun anggurku sendiri, hendak kutunggui, maka seribu keping perak itu kubiarkan bagimu, hai Sulaiman, dan lagi dua ratus keping bagi orang yang menunggui buahnya. Hai engkau yang mengeduduki taman! segala sahabat mendengar akan bunyi suaramu; biarlah aku juga mendengar dia! Marilah dengan segera, hai kekasihku! hendaklah engkau bagaikan kijang atau anak rusa di atas bukit rempah-rempah!